Kenapa Anak Malas Belajar, Sebab sebab anak malas belajar

 “Budi, ayo dikerjakan PR-nya, nanti keburu kamu ngantuk, sekarang hampir jam 7 malam lho…. kata Bunda”.  “….. Ah, aku capek bunda, bunda saja yang mengerjakan PR Budi”. “Aduh, gimana sih Budi, itu kan PR kamu, yang sekolah kan Budi bukan Bunda jadi yang mengerjakan harus Budi bukan bunda….. Nanti Bunda bantu”. “Ah, capek bunda, lagian Budi juga gak ngerti tugas dari ibu guru, bingung jadinya……..dah bunda, malas Budi”

Kenapa Anak Malas Belajar, Sebab sebab anak malas belajar

Sering juga para ibu mengalami kasus seperti diatas yang permasalahannya berhubungan dengan situasi belajar anak. Hal ini banyak terjadi ketika anak sudah memasuki pendidikan Sekolah Dasar, dimana pembelajaran  materi yang diterima anak sudah menggunakan kurikulum dan penjadwalan yang sudah sistematis. Nah, apa yang menjadi permasalahan bagi anak kalau memang hal ini sudah pasti akan dijalaninya sampai anak menyelesaikan program belajar selanjutnya.

Kalau kita kembali mengingat kebelakang mengenai anak, kita akan sampai pada hal mengenai sifat karakter anak dan potensi kemampuannya.  Anak dilahirkan dengan berbagai sifat karakter dan potensi yang berbeda pada masing-masing anak sehingga apabila ada permasalahan yang sedang dialami, maka bentuk penyelesaiannya akan berbeda tergantung apa yang ada pada diri anak tersebut.

Baca Juga:  apa itu Bullying???

Ada beberapa permasalahan yang terjadi dalam situasi dan kondisi yang umum terjadi di lingkungan sekitar kita, antara lain :

  • Ekspetasi / harapan Orang tua terhadap prestasi belajar

Orang tua pada umumnya mengharapkan setiap anaknya memiliki prestasi atau nilai dalam prestasi akademisnya baik. Persepsi orang tua, apabila memiliki nilai baik diartikan anak memiliki kemampuan dalam belajar dan anak akan mudah mencapai kesuksesan. Sehingga dari persepsi anak banyak yang orang tua lakukan kepada anak agar prestasinya bisa meningkat dengan optimal, antara lain memberikan les yang berhubungan dengan pelajarannya secara berlebihan, anak dipaksa untuk belajar dengan waktu yang lebih lama di rumah dan lain sebagainya. Apabila ini dilanjutkan terus tanpa ada pemahaman kondisi anak akan berakibat kurangnya motivasi anak dalam belajar dan akan berbahaya apabila terjadi pada anak yang merasa ada paksaan dari orang tua.

  • Beban Kurikulum yang terlalu berat

Belajar adalah hal yang sangat menyenangkan pada anak, namun apabila kurikulum yang diberikan sekolah terlalu berat dirasakan anak maka akan berpengaruh juga semangatnya untuk belajar. Anak akan merasa berat untuk menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan.

  • Pemeringkatan anak terhadap hasil prestasi belajar di sekolah dan Tingkat intelegensi anak yang rendah

Hasil prestasi anak yang dibuat rangking (urutan) memang akan meudahkan guru untuk mengetahui seberapa jauh prestasi anak didiknya, namun peringkat hasil prestasi belajar bisa berpengaruh pada motivasi anak juga untuk belajar terutama apabila prestasi anak rendah. Anak akan merasa sebagai anak yang “bodoh” di kelasnya sehingga apabila ini ada maka akan mengakibatkan kurangnya semangat anak dalam belajar.

  • Anak mengalami kegagalan dalam mengerjakan tugas

Kegagalan dalam mengerjakan tugas juga bisa berpengaruh pada semangat belajar anak dan terutama apabila terjadi secara berulang kali.

  • Stress menjelang Ulangan atau ujian

Kekhawatiran akan ujian atau ulangan yang akan dilakukan anak akan terjadi kalau anak tidak siap akan materi yang akan diujikan sehingga apabila ini ada maka anak juga bisa kurang termotivasi untuk mempersiapkan dengan lebih maksimal dengan berbagai pertimbangan waktu dan materi yang harus di persiapkan.

Baca Juga:  Ayo Sekolah Lagi, Cah Solo Kudu Pinter
Kenapa anak malas belajar
Kenapa anak malas belajar

Mengetahui beberapa hal yang bisa membuat anak jadi kurang termotivasi untuk belajar, maka yang bisa dilakukan orang tua untuk mengantisipasi agar anak bisa bersemangat lagi belajar antara lain :

  1. Orang tua memberi motivasi namun tidak menekan anak untuk belajar melebihi waktu yang seharusnya dilakukan
  2. Orang tua sebaiknya sering melakukan komunikasi anak mengenai bagaimana kegiatan belajar dan keslitan yangdihadapi oleh anak
  3. Orang tua tidak terlalu ambisius terhadap hasil prestasi anak umtuk mendapatkan nilai tinggi.
  4. Orang tua memahami tingkat kapasitas kemampuan anak (kecerdasan, bakat, dsb) sehingga hal ini akan menjadi pertimbangan bagi orang tua untuk menempatkan anak pada sekolah yang memang sesuai dengan kemamapuan anak.
  5. Apabila anak memiliki prestasi yang rendah jangan memberikan label “anak bodoh” karena prestasi yang rendah belum tentu karena anak tidk bisa mungkin juga bisa disebabkan karena hal yang lain yang berkaitan dengan masalah pribadi anak tersebut
Baca Juga:  PPDB untuk jenjang Sekolah Dasar 2023 di Solo
Related Posts

Related posts

id_ID